Subscribe Us

OPD ASISTEN SOSIAL

Sekilas Cerita Tentang Bansos Di Desaku



Sebagai Operator Sosial saya sudah berusaha untuk yang terbaik untuk kawan-kawan dan segenap masyarakat dan wargaku, namun ketika ada anggapan kesalahan yang tidak saya sengaja malah kena pracho dan sosotan dari semuanya.

Sedikit kisah tentang semua pendataan yang saya lakukan sudah saya informasikan ke-Group Desa, namun yang respon hanya satu dua orang. Padahal pendataan tersebut dibatasi kuota dan waktu...!!!! Dan pada saat itu semua waktu yang tidak memungkinkan untuk berkoordinasi dengan semua pihak karna saat itu sudah pukul kurang lebih 23.00 (11 malam), dan diberiwaktu hanya sekitar 1 jam. Bagimana pendapat anda kalau menghadapi situasi seperti itu....?????

Dari pintu ke pintu
Kucoba tawarkan nama
Demi terhenti tangis anakku
Dan keluh ibunya serta fisik dan tenagaku

Tetapi nampaknya semua mata
Memandangku curiga
Seakan hendak telanjangi
Dan kulit jiwaku

Apakah buku diri ini selalu hitam pekat
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
Dengan sorot mata yang lebih tajam dari matahari

Kemanakah sirnanya
Nurani embun pagi
Yang biasanya ramah
Kini membakar hati

Apakah bila terlanjur salah
Akan tetap dianggap salah
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi 'tuk kembali

Belum lagi malah ada salah satu kawan
Yang mau menempar saya
Tapi mungkin tidak disengaja
Untuk mengeluarkan kata-kata itu

Kalian Dengarlah Keluhanku menyisakan banyak pertanyaan kepada saya. Apakah institusi-institusi modern yang dibangun masyarakat modern itu justru dibangun untuk menghancurkan manusia? Apakah keteraturan yang ingin dicapai masyarakat dan kawan-kawan harus dilaksanakan dengan tindak dominatif minus hati nurani? 

Apakah Operator Sosial harus selamanya terpenjara dalam ruang kebencian dan kecurigaan yang dibangun masyarakat? Dari dalam lubuk hati yang terdalam, saya sungguh mengharapkan agar masyarakat dan kawan-kawan dapat menemukan jalan kembali pada hati nurani. Dan semoga esok pagi, kita masih menjumpai setitik embunnya.

Posting Komentar

0 Komentar